Kita Bukan Sutradaranya

DSC00007

Dalam pikiran kita, banyak cita-cita dan harapan atau lebih tepatnya ekspektasi yang selalu muncul setiap harinya.
Itu wajar dan sangat manusiawi ketika kita punya harapan terhadap sesuatu apapun itu. Entah project yang sedang kita kerjakan, teman atau pasangan yang berlaku sesuai harapan kita, atau berharap hari ini akan baik-baik saja.
Tapi yang jadi kurang tepat adalah, ekspektasi yang sudah kita junjung tinggi ini tidak dilandasi 1 faktor lagi. Dan ini sangat menentukan sekali. Pasrah.
Pasrah bukan kemudian tidak melakukan apa-apa. Sesudah kita berekspektasi dan melakukan sejauh apa yang kita bisa lakukan, next step nya adalah Pasrah.
Ada tangan yang lebih besar (baca : Tuhan) yang sangat menentukan apa yang akan terjadi di akhirnya nanti. Perlu dipahami dan dipraktekan setiap hari. Untuk memasukkan unsur terpenting tersebut disetiap apa yang kita harapkan. Agar kita tidak jatuh, kecewa dan bahkan tak berdaya jika apa yang kita harapkan itu tak seperti apa yang kita bayangkan.
Karena semua ada skenarionya dan ada sutradara. Kitalah aktornya. Apakah kita tidak bisa bernegosiasi dengan penulis dan sutradara kehidupan ini. Sangat bisa, dengan berbincang dan sampaikan maksud kita (dengan baik) kepadaNya. Pasti akan didengar. Apakah akan diwujudkan? Kembali lagi, Dia yang menentukan.
Yakin aja pasti baik buat kita. Karena yang membuat, menulis dan sutradaranya tahu yang terbaik untuk aktornya.

 

Yogyakarta, 9 Desember 2019

Denta Aditya

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.